Kamis, 15 September 2016

Sepenggal Kondisi Langka dalam Kisah Benjamin Button

Jakarta, Kisah tentang Benjamin Button memang hanya fiksi belaka, bahkan terkesan seperti fantasi. Filmnya sendiri mampu memicu banyak sekali pertanyaan di benak penonton, apalagi kalau bukan dengan keanehan yang terjadi pada diri Button.

Button sebenarnya terlahir dari keluarga kaya raya. Namun Button bayi bukannya tampak imut melainkan memiliki rupa seperti seorang kakek-kakek, lengkap dengan kulit keriputnya. Karena kalap, sang ayah yang kaget melihat penampakan putra semata wayangnya itu lantas membuangnya ke panti jompo. Di panti jompo itulah Button dibesarkan.

Yang tampak berbeda dari fisik Button adalah wajahnya yang seperti berusia lanjut, meskipun sebenarnya ia masih kanak-kanak. Dalam dunia medis dikenal pula sebuah fenomena langka yang disebut progeria atau sindrom Hutchinson-Gilford, diambil dari dua nama dokter yang pertama kali memberikan nama untuk kondisi tersebut, yaitu Dr Jonathan Hutchinson dan Dr Hastings Gilford.

Definisinya adalah gangguan genetik yang bersifat progresif di mana seorang anak tampak seperti sudah lanjut usia atau mengalami penuaan dengan cepat. Button kecil juga digambarkan baru bisa berjalan di usia tujuh tahun, setelah sebelumnya hanya bisa terduduk di kursi roda.


Laman WebMD mengemukakan, ciri-ciri fisik dari anak dengan progeria antara lain:
- ukuran kepala yang lebih besar dari anak seusianya
- bermata besar
- rahang bawah yang kecil
- hidung yang tipis dengan sedikit bengkok di ujung
- telinga tegak
- pembuluh darah yang tampak menonjol
- pertumbuhan gigi yang lambat dan abnormal
- suara nyaring
- hilangnya lemak dan otot tubuh
- kerontokan rambut, termasuk pada alis dan bulu mata

Dalam film ini memang tidak dijelaskan mengapa Button terlahir seperti lansia. Namun beberapa ciri fisik yang terlihat pada dirinya bisa merujuk pada progeria, meskipun ada beberapa gambaran dari kondisi ini yang terkesan dilebih-lebihkan. Apa saja?