Kamis, 15 September 2016

Wanita Tidak Semudah Pria untuk Terlelap, Begini Alasannya

Jakarta, Ketika suami sudah terlelap, Anda mungkin masih terjaga dan bahkan tidak merasakan kantuk sama sekali, meski sama-sama sudah di peraduan. Ini memang bukan fenomena baru, tetapi setidaknya Anda perlu tahu alasannya.

Jawabannya akhirnya diungkap oleh Surrey Sleep Research Centre, University of Surrey lewat sebuah percobaan yang dilakukan dengan melibatkan 25 responden (16 pria dan 18 wanita) selama 72 jam. Tujuannya hanya satu, mengamati pola tidur responden.

Dalam laboratorium, seluruh responden diminta terjaga selama satu jam sebelum ditawari kesempatan untuk tidur. Kemudian saat terjaga, tiap tiga jam sekali mereka diminta untuk melaporkan hal-hal seperti tingkat kantuk (sleepiness) dan mood yang dirasakan.

Ada juga tes untuk mengungkap performa kognitif responden, semisal mencatat tingkat kewaspadaan (alertness) mereka dan daya ingat, termasuk mengukur suhu tubuh dan tinggi rendahnya hormon tidur atau melatonin yang mereka miliki. Brain electric activity (EEG) juga dipasang di tubuh responden ketika tidur.

Hasilnya, responden wanita berpeluang 50 persen lebih besar untuk susah tidur atau insomnia. Dan begitu dicocokkan dengan beberapa aspek yang bersangkutan dengan ritme sirkadian mereka, peneliti akhirnya menemukan bahwa ini terjadi karena wanita memiliki ritme yang diatur 1,7 - 2,3 jam lebih cepat daripada pria.

Inilah yang menjadi alasan mengapa wanita sulit sekali untuk bisa tidur, dan sering merasa kelelahan begitu terjaga sebab mereka harus 'berjibaku' dengan jam tubuh me. Di sisi lain, wanita juga lebih tahan melek di pagi hari ketimbang pria.

"Persoalannya, ritme sirkadian yang seperti ini membuat fungsi otak wanita di pagi hari menjadi menurun. Ini tentu terasa dampaknya jika mereka harus bekerja di shift malam seperti pada perawat, petugas keamanan ataupun polisi," tutur salah satu peneliti, Dr Nayantara Santhi seperti dilaporkan www.surrey.ac.uk.